Tantangan Islam di Jerman

Giessen. Memang diakui bahwa Islam mengalami perkembangan yang cukup signifikan di Eropa. Namun masih banyak hal yang masih menjadi kesalahpahaman tentang Islam. Ini merupakan tantangan dakwah Islam ke depan.

20140906-20140906_202000

Suasana setelah sholat magrib di Masjid Omar ibn Al-Khattab, Marburg (Foto: Kurniawan, 2014)

Islam dan Nazi

Pada Perang Dunia I, Kekhalifahan Turki Usmani bergabung dengan Blok Sentral bersama dengan Jerman, Austria-Hungaria, dan Bulgaria. Sejak saat itu banyak prajurit muslim yang berperang dan kemudian bermukim di wilayah Jerman setelah perang usai. Ini merupakan awal perkembangan Islam yang signifikan di Jerman.

Gerakan Nazi lahir akibat dari kerugian-kerugian yang dialami Jerman akibat kekalahan PD I. Jerman (Republik Weimar) pada waktu itu mengalami  kebangkrutan ekonomi akibat perang, hiper-inflasi dan diharuskannya Jerman membayar kerugian perang yang diderita pihak sekutu (Allied). Aliansi Turki Usmani dan Jerman selama PD I dituding ikut andil dalam lahirnya gerakan ini. Apalagi adanya anggapan tentang kesamaan pandangan tentang kebencian yang sama terhadap orang-orang Yahudi. Persentuhan Adolf Hitler dengan Islam pada PD I , dituding menjadi andil kebencian Hitler terhadap orang-orang Yahudi. Inilah yang menjadi kesalahpahaman, bahwa Islam identik dengan Nazi, pendukung lahirnya Nazi. Jadi, Islam tidak pantas berada di Jerman sebagaimana Nazi.

Padahal kita tahu bahwa Hitler dengan Nazi-nya sangat membangga-banggakan bangsa Arya dan merendahkan bangsa lain. Dalam bukunya, Mein Kampf, dia menempatkan bangsa Arya di tangga teratas, sementara bangsa Yahudi dan Gypsie di tangga terbawah. Bangsa Arab dan Muslim dianggap sebagai bangsa budak yang tempatnya tidak lebih baik dari bangsa Yahudi. Hitler hanya menganggap bahwa negara-negara Muslim berpotensi untuk membantunya mengatasi kekuatan sekutu di Timur Tengah, untuk kemudian ikut dilibas demi mewujudkan supremasi Arya.

Jadi, menyamakan Islam dengan Nazi adalah mengada-ada. Islam memandang bahwa semua bangsa dan suku adalah sama. Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Hanya ketakwaab seorang hamba sajalah yang membedakannya.

ISIS

Kemunculan ISIS memang merupakan fenomena yang mengagetkan dan mencemaskan bagi semua orang. Penyerangan dan pembunuhan brutal terhadap kaum minoritas dan kaum muslim sendiri yang tidak sejalan dengan ISIS, menjadikan ISIS sebagai common enemy No.I.

Meski kita menjelaskan bahwa mayoritas umat Islam tidak setuju dengan tindakan ISIS, namun tetap saja muncul anggapan bahwa Islam is ISIS.

Pegida

Pegida (Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Westens) atau Patriotic Europeans Against the Islamisation of the West, adalah organisasi politik anti-Islam yang didirikan di Dresden pada Oktober 2014. Organisasi ini menolak apa yang disebut dengan Islamisasi di dunia barat. Meski demikian, tujuan dari organisasi ini sebenarnya menolak imigran dengan menjadikan gerakan anti-Islam sebagai kendaraan. Organisasi ini rajin melakukan unjuk rasa setiap minggu di Dresden dan saat ini telah menyebar ke beberapa state di Jerman dalam bentuk demonstrasi kecil-kecilan.

Gerakan ini kehilangan pendukungnya setelah pemimpin Pegida (Luz Bachmann) memposting dirinya dengan dandanan ala Hitler. Serangan terhadap Charlie Hebdo di Perancis dimanfaatkan oleh Pegida untuk bangkit lagi. Pegida berhasrat mengikuti pemilu dan membangkitkan kembali NPD, sebuah partai politik berhaluan ultra-nasionalis yang sebelumnya dilarang di Jerman.

Banyak publik Jerman yang antipati dengan gerakan ini dan menganggap bahwa gerakan ini adalah simbol Islamophobic dan Xenophobic. Tokoh-tokoh politik, ilmuwan, agamawan, bahkan Kanselir Jerman mengkritik gerakan ini dan menganggapnya sebagai right-wing extremist.

Berbagai analisis dari survey dan jajak pendapat mengungkapkan bahwa gerakan ini muncul dari ketidakpuasan terhadap sistem politik di Jerman.

Sumber:

2 thoughts on “Tantangan Islam di Jerman

  1. Pingback: Benarkah Islam menjadi bagian dari tradisi dan identitas Jerman? | Kurniawan's Views

  2. Pingback: Kok gitu? Unglaublich… Ok deh …. (7) | Kurniawan's Page

Leave a comment